Diberdayakan oleh Blogger.

Rabu, 20 Juni 2012

Peranan Biomarker Dalam Membedakan Demam Karena Infeksi Dan Non-Infeksi


Andri Iskandar Mardia
Divisi Penyakit Tropik & Infeksi

Pendahuluan
Demam merupakan keluhan yang sering dijumpai pada pasien baik berobat jalan maupun dirawat. Demam menempati urutan ketiga sebagai keluhan utama pasien yang datang IGD di amerika serikat, dan sekitar 10% pasien-pasien yang datang ke IGD mendapat antibiotik.
Demam adalah peningkatan suhu tubuh (suhu oral > 37,8 oc atau suhu rectal >38,2oc) atau adanya peningkatan diatas nilai normal harian. Banyak pasien menggunakan kata demam dengan salah, mereka mengatakan demam untuk kondisi seperti telalu hangat, terlalu dingin, atau berkerringat banyak tanpa melakukan pengukuran suhu tubuh yang sebenarnya.
Selain infeksi bakteri, virus atau parasit, demam dapat juga disebabkan kondisi non-infeksi seperti sistemik lupus eritematosus, rheumatoid arthritis, inflammatory bowel disease, sindroma auto-inflamatory, paraneoplastik sindroma pada keganasan atau febril neutropenia atau setelah kemoterapi, kerusakan jaringan seperti iskemik atau proses tromboemboli, kelainan endokrin ataupun akibat obat-obatan. 1
Dekade terakhir banyak diteliti biomarker yang dapat membedakan antara demam akibat infeksi atau non-infeksi. Hal ini akan sangat berperan dalam pemilihan terapi terhadap pasien dengan demam. Pada tulisan ini akan dibahas biomarker-biomarker yang dapat membedakan demam akibat infeksi atau non-infeksi. Biomarker tersebut berupa biomarker yang nilainya meningkat pada kondisi inflamasi dan/atau infeksi. 1

0 komentar:

Posting Komentar

 
Design by Free Wordpress Themes | Bloggerized by Lasantha - Premium Blogger Templates